Samarinda,Solidaritas – Provinsi Kalimantan Timur menjadi tuan rumah kedua kalinya event tahunan Dialog Serantau Borneo Kalimantan (DSBK) ke-XVI 2025, setelah berhasil menjadi tuan rumah event serupa di 2011 lalu.
Dalam dialog itu, nantinya akan ada tiga sastrawan dari tiga negara yang hadir, yakni Malaysia, Brunei Darussalam dan Samarinda.
Ketua Umum Dewan Kesenian Daerah Provinsi Kaltim Syafril Teha Noer mengatakan, DSBK ini digelar sebagai tempat untuk pengembangan bahasa, sastra, dan budaya di wilayah Kalimantan.
Pertemuan sastrawan dari tiga negara ini telah digelar sebanyak 15 kali, dan untuk yang ke-XVI kalinya akan diselenggarakan di kota Samarinda, dengan menghadirkan 200 peserta terdiri atas sastrawan, akademisi atau pengamatan sastra, jurnalis, pegiat seni atau budaya.
“Pada penyelenggaraan DSBK yang ke-XV di Brunei Darussalam pada Agustus 2023 lalu. Kaltim diminta menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan DSBK ke-XVI tahun 2025 ini,” kata Syafril saat konferensi pers di Harris Hotel, Jalan Untung Suropati, Samarinda, Senin 9 Juni 2025.
Syafril menjelaskan kegiatan yang diselenggarakan di provinsi Kaltim merupakan kali kedua setelah berhasil menjadi tuan rumah DSBK X pada tahun 2011.
Kegiatan ini adalah momen untuk mengumpulkan sastra internasional dan sastrawan Indonesia untuk bertukar ide, penguatan, serta kemajuan bahasa, sastra dan budaya di antara tiga negara. Kegiatan ini digelar selama 18-20 Juni 2025 di Hotel Harris Samarinda.
“Kegiatan DSBK ke-XVI ini dimulai dari seminar sastra yang akan berlangsung pada 18 Juni 2025, dan akan menghadirkan para penyaji makalah dari negara sastrawan,” terang Syafril.
Selain dialog sebagai inti kegiatan, agenda yang dirancang mewarnai DSBK ke-XVI 2025 adalah muhibah budaya (berkunjung) ke Museum Mulawarman di Tenggarong Kaltim, kemudian dilanjutkan wisata susur sungai dari Tenggarong ke Samarinda. Selain itu terdapat juga pameran buku dan parade sastra.
“Kita juga akan melakukan bedah buku analogi Jejak Perigi di Tanah Melayu (kumpulan puisi peserta yang mengirim),” jelas Syafril.
Sementara, Penelaah Teknis Kebijakan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur Amien Wangsitalaja mengatakan, DSBK ini bukan hanya seremonial tetapi bermanfaat untuk memasyarakatkan sastra, agar sastra lebih familiar di masyarakat.
“Kenapa sastra terasing? Sebab jarang ada seremoni yang membuat masyarakat tahu akan sastra. Meski hakekatnya sastra bukan seremoni seperti budaya, akan tetapi sastra juga bisa memiliki ruang di masyarakat,” kata Amien.
Melalui kegiatan DSBK ini, para sastrawan ingin menyadarkan masyarakat bahwa sastra bukan sekadar bentuk tulisan, tetapi bagaimana sastra menghasilkan renungan untuk jiwa yang besar, dan memberikan manfaat serta memperkenalkan keragaman bahasa di kehidupan masyarakat
“Dengan sastralah jiwa kita kaya. Kita juga lagi mencoba menggabungkan dua gaya pengucapan bukan hanya dalam bahasa Indonesia, tetapi dalam bahasa melayu,” tutup nya. Red