DPMD Kabupaten Kutai Kartanegara

Menuju Generasi Emas, Upaya Pemerintah Desa Lebak Cilong dalam Menurunkan Angka Stunting

Bagikan

Kutai Kartanegara, Solidaritas – Upaya pemerintah Indonesia dalam menurunkan angka stunting menunjukkan hasil positif. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting nasional berhasil ditekan hingga 19,8%, melampaui target tahunan sebesar 20,1%. Pemerintah menargetkan prevalensi stunting turun menjadi 14% pada tahun 2024 dan telah menetapkan Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021.

Hal ini juga terjadi di Desa Lebak Cilong Kecamatan Muara Wis Kabupaten Kutai Kartanegara, Desa Lebak Cilong berhasil mengurangi stanting hingga 80% dalam waktu singkat.

Kepala Desa Lebak Cilong, Humaidi, mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan intervensi rutin dalam penanganan stunting di wilayahnya melalui pemberian makanan tambahan serta koordinasi terpadu dengan berbagai pihak terkait.

“Terkait stunting, intervensi yang kita lakukan seperti pemberian makanan tambahan, terus lagi kita melakukan koordinasi rutin dengan pihak-pihak terkait,” kata Humaidi kepada media di kantornya belum lama ini.

Lebih lanjut Humaidi mengatakan intervensi Stunting bisa dilakukan dengan cara mengadakan pemeriksaan rutin dan pendampingan ibu hamil artinya pemerintah desa memprioritaskan pemeriksaan rutin dan pendampingan ibu hamil untuk memastikan kesehatan dan gizi yang optimal selama kehamilan.

Pemberian makanan tambahan bagi warga untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, khususnya ketika berada di Posyandu.

“Pemerintah desa bekerja sama dengan kader kesehatan, pengurus PKK, dan tokoh masyarakat dalam satu jejaring kerja yang terkoordinasi untuk memastikan pendekatan yang komprehensif, selain itu memberikan pendidikan tentang gizi dan kesehatan untuk memastikan kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat,”jelas .Humaidi

Humaidi menegaskan bahwa 1.000 hari pertama kehidupan merupakan periode kritis dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun yang sangat penting bagi tumbuh kembang fisik, kognitif, dan emosional anak.

Periode ini sering disebut “periode emas” atau “jendela kesempatan” karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak akan terulang di masa mendatang, yang sangat memengaruhi kesehatan dan potensi anak hingga dewasa.

Dari itu kerjasama lintas sektorselalu dilaksanakan dengan cara menggelar rapat koordinasi menyeluruh di tingkat kecamatan untuk menyatukan visi dan strategi penanganan.

“Kita semua harus bekerja sama supaya ini bisa berjalan dengan lancar. Kita rapat bersama dari posyandu sampai PKK, semua koordinasi dilakukan serempak,” lanjutnya.

Sehingga turunnya angka stunting di desa Lebak Cilong merupakan hasil kerja bersama antaar pemerintah desa, instansi terkait dan masyarakat desa .

“Alhamdulillah, yang kemarin kita tangani sudah berkurang. Memang belum 100 persen, tapi 80 persen sudah tertangani. Ini jauh menurun dibandingkan tahun lalu,” tegas Humaidi.

Yang utama dalam upaya penurunan angka stunting lanjutnya adalah peningkatan imunisasi Dasar Lengkap dengan didukung fasilitas kesehatan yang memadai.

Selain itu juga dengan pemberian vaksinasi Rotavirus dan PCV untuk melindungi bayi dari infeksi diare dan pneumonia.

Pemerintah juga mendorong kolaborasi dan sinergi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta, untuk mempercepat penurunan angka stunting. Dengan kerja sama yang kuat dan strategi yang tepat, diharapkan target prevalensi stunting sebesar 14% dapat tercapai pada tahun 2024.

Upaya penurunan angka stunting merupakan investasi jangka panjang untuk membangun generasi emas Indonesia. Dengan demikian, diharapkan anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga dapat menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan produktif. ADV/DPMD Kukar/IL


Bagikan

Related Posts