Opini

Doktor “Dokter” Rendi Ismail

Bagikan

Catatan Rizal Effendi

PULANG dari mengikuti peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Indonesia di IKN, Minggu, 17 Agustus 2025, saya dan Pak Zaenal Abidin langsung singgah ke Rumah Ampiek di Kompleks Balikpapan Permai (BP). Pesan istri saya, Bunda Arita ada undangan syukuran di sana.

Rumah Ampiek adalah toko batik milik Ibu Hj Syarifah Emi Alaydrus, istri Dr H Rendi Susilo Ismail, SE, SH, MH, ketua Yayasan Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Tinggi Dharwa Wirawan, yang mengelola dan membawahkan Universitas Balikpapan (Uniba).

Saya pikir acara syukuran HUT Kemerdekaan. Saya sengaja pakai kaus merah bertuliskan “Merdeka 80.” Ternyata bukan. Ini syukuran hari ulang tahun atau milad ke-62 Pak Rendi, yang persis jatuh di Hari Kemerdekaan. “Ya hari kelahiran saya persis di tanggal 17 Agustus,” katanya dengan wajah ceria.

Rendi dilahirkan di Desa Gunung Rejo – Giri Mukti Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), 17 Agustus 1963. Dia anak pertama dari 3 bersaudara, buah pernikahan pasangan Ismail dan Kastiah Sucarmo. Sang ayah dari Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Kalsel), sedang ibunya warga transmigran asal Pemalang, Jawa Tengah.

Jadi dia ini orang “Jabar.”  Perpaduan darah Jawa dengan orang Banjar. Makanya Rendi terkadang berada di Kerukunan Orang Banjar, tetapi akrab juga di komunitas warga Jawa. Tak heran kalau terkadang dia menggelar wayangan atau kuda lumping.

Saya didaulat memberikan ucapan selamat. Saya bilang selamat milad, semoga sukses, murah rezeki dan berumur panjang. Tak lupa saya kutip kata bijak yang menarik dari penyanyi legendaris The Beatles, John Lennon. Dia bilang: “Hitunglah umurmu dengan teman bukan tahun, hitunglah hidupmu dengan senyum bukan air mata.”

Selain itu ada doa politik dari saya. Semoga tahun 2030 nanti Rendi kembali ikut mencalonkan diri di Pilwali Balikpapan. Pada Pilwali 2024 lalu, Rendi berpasangan dengan Eddy Tarmo dari PDIP menjadi salah satu paslon. Sayang mereka belum berhasil.

Eddy dan istrinya, Hj Lia juga datang ke Rumah Ampiek. Dia mengucapkan selamat kepada Rendi. Mereka tetap kompak dan bersahabat. Tidak saja waktu Pilkada, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Eddy sebelumnya anggota DPRD Kaltim dua periode.

Sebelum ke Rumah Ampiek, Rendi berada di kampus Uniba. Di sana juga dirayakan miladnya. Ada pemotongan kue dan ucapan selamat dari Rektor Uniba Dr Isradi Zainal, para dekan dan dosen serta mahasiswa. Suasana berlangsung meriah di tengah merayakan Hari Kemerdekaan.

Di Rumah Ampiek, Rendi disambut ibu-ibu. Sebagian besar dari komunitas UMKM Batik Mangrove, binaan istrinya. Batik Mangrove dan Batik Beruang Madu, dua dari 35 motif batik ciptaan Emy Alaydrus yang akrab dipanggil Umi Emi. Dulu dikembangkan bersama istri saya ketika menjadi Ketua Dekranasda Balikpapan.

Bersama Eddy, saya diajak Rendi menikmati tumpeng udang galah air tawar. Ini pertama kali saya melihat nasi tumpeng yang topping-nya udang galah. Menarik dan nyaman sekali. Saya sempat melahap tiga ekor. Udang galah  (Macrobrachium rosenbergii) adalah udang besar air tawar. Biasanya banyak dari pedalaman Mahakam terutama dari Danau Semayang dan sekitarnya. Daging udang galah semakin enak kalau dalam musim bertelur.

KADO FAKULTAS KEDOKTERAN

Mengenakan baju ala Bung Karno, Rendi tampak sangat bahagia. Salah satu kado bahagia yang dia dapat di hari ulang tahunnya adalah keberhasilan Uniba diizinkan membuka Fakultas Kedokteran. Itu memang perjuangan dia berdarah-darah. “Saya mengucapkan syukur kepada Allah, akhirnya Uniba bisa  membuka Fakultas Kedokteran,” katanya berbunga-bunga.

Rasanya perjuangan itu Rendi rintis sejak saya masih menjadi Wali Kota Balikpapan. Dia sudah melakukan berbagai persiapan dan meminta surat dukungan dari berbagai pihak. Padahal waktu itu ada moratorium di mana pemerintah menyetop sementara pembukaan Fakultas Kedokteran di berbagai perguruan tinggi.

Menurut Rendi, ada berbagai pihak yang jasanya luar biasa membantu Uniba sehingga akhirnya Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) memberi izin. Salah satunya Ketua Komisi X DPR RI Dr Hetifah Syaefudian, wakil rakyat dapil Kaltim dari Golkar. “Berkat dukungan Bu Hetifah, akhirnya Mendiktisaintek menandatangani SK pembukaan Fakultas Kedokteran Uniba,” jelasnya.

Selain itu rektor Unmul, terutama dekan Fakultas Kedokteran. “Mereka juga men-support habis-habisan kepada Uniba, sehingga kita dibimbing dan dikawal dalam melakukan persiapan dan pemenuhan persyaratan,” kata Rendi.

Sekarang Fakultas Kedokteran Uniba resmi membuka pendaftaran untuk mahasiswa baru. Kuotanya di tahun perdana ini hanya 50 orang. Pada pendaftaran tahap pertama sudah lebih separuh yang mendaftar. Sebagian besar putra-putri daerah. “Ini kita buka pendaftaran tahap kedua,” kata Rendi.

Dalam waktu bersamaan Uniba juga tengah mempersiapkan para pengajarnya. Dia berburu ke berbagai universitas dan rumah sakit. Alhamdulillah bisa terpenuhi. Uniba juga bermitra dengan RS Inche Abdoel Moeis Samarinda sebagai rumah sakit pendidikan. “Kelak kita akan membangun rumah sakit sendiri,” kata Rendi.

Ketika dia sekolah di SMA Muhammadiyah, Rendi juga mendaftar di Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Balikpapan. Barangkali itu yang menginspirasi dia sehingga punya cita-cita yang kuat mendirikan Fakultas Kedokteran ketika berada di Uniba.

Bagi orang Balikpapan, kiprah Rendi sudah lama dikenal. Di zaman Wali Kota Balikpapan Syarifuddin Yoes di tahun 1980-an, dia sudah menjadi ketua KNPI. Saya masih menjadi wartawan. Dia aktivis di berbagai organisasi. Kalau tidak salah, ada 24 organisasi dilakoninya.

Pernah menjadi ketua HMI, ketua Kadin, ketua ASPEKINDO, ketua Pencak Silat, ketua Pickleball, ketua KPU, Wakil Ketua DPD Golkar sampai Ketua Kosgoro Kaltim. Dan masih banyak lagi jabatan ketuanya.

Pengalaman hidupnya memang penuh warna. Dia merintis usaha mulai dari bawah.  Pernah jualan es kelapa, PKL sampai loper koran. Lalu menjadi direktur dan komisaris dari berbagai perusahaan. Di waktu yang sama dia juga dosen dan pengacara.

Dia sarjana ekonomi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kosgoro Situbondo dan sarjana hukum dari Universitas Abdurachman Saleh, Jember. Lalu magister hukum (S2) di Universitas Brawijaya Malang. Di kampus yang sama dia berhasil meraih gelar doktor (S3) ilmu hukum.

Melihat pengalaman dan kapasitasnya, banyak orang mendukung dia menjadi wakil rakyat atau pemimpin daerah. Rendi sudah cukup banyak berbuat. Selamat ulang tahun Pak Rendi! Perkenankan saya memanggilnya “Bapak Doktor ‘dokter’ Rendi Ismail.”(*)


Bagikan

Related Posts