Kutai Kartanegara,Solidaritas – Desa Muara Wis di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) sukses menangani stunting dan terpilih sebagai perwakilan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dalam Lomba Desa Berkinerja Baik Percepatan Penurunan Stunting tingkat nasional.
Keberhasilan ini tidak lepas dari inovasi kolaboratif desa yang dinamai Si Cekatan (Kolaborasi Cegah dan Atasi Stunting), sebuah program terintegrasi antara pemerintah desa, posyandu, masyarakat, pemerintah kabupaten, dan pihak ketiga.
Lomba tersebut digelar oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDTT) Republik Indonesia. Berkaitan dengan capaian prestasi tersebut, Tim Verifikasi Lapangan dari Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Pedesaan Kemendes PDTT melaksanakan kunjungan ke Kantor Desa Muara Wis pada hari Kamis, 21 Agustus 2025.
Perwakilan Kemendes PDTT Nofyan menyampaikan apresiasi kepada Desa Muara Wis atas keberhasilannya dalam menangani stunting dan Desa Muara Wis di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) berhasil masuk nominasi 15 Besar Desa Terbaik Tingkat Nasional dalam penanganan stunting.
“Verifikasi lapangan dilakukan untuk memastikan akuntabilitas kinerja Desa dalam upaya percepatan penurunan stunting,” kata Nofyan.
Verifikasi lapangan dilanjutkan dengan pemeriksaan dokumen serta sesi tanya jawab antara Tim Penilai dengan Forum Komunikasi Pimpinan Masyarakat (FKPM) Desa Muara Wis dan berbagai unsur desa terkait.
Sementara Kasmir, kepada media mengatakan bahwa menjadi juara 1 tingkat Provinsi Kaltim dalam lomba ini bukanlah harapan, karena ia yakin bahwa desa desa lain juga memiliki program yang juga tentunya juga baik, dan penghargaan ini tentunya sangat disyukuri karena bisa melampaui 841 desa yang tersebar pada tujuh kabupaten di Kaltim.
Lebih lanjut Kasmir mengatakan bahwa inovasi Kolaborasi Cegah dan Atasi Stunting (Si Cekatan) merupakan program terintegrasi antara pemerintah desa, posyandu, masyarakat, pemerintah kabupaten, dan pihak ketiga.
Ia mengakui pada 2024 jumlah bayi stunting di desanya sebanyak 29 anak, berkat penanganan intensif secara kolaborasi, maka tahun ini ada dua anak yang berhasil dipulihkan atau tidak stunting lagi ditandai dengan penambahan tinggi badan dan berat badan, selebihnya yang 27 bayi, belum ada perubahan signifikan meski dilakukan penanganan intensif.
“Selain itu, ada beberapa keluarga tidak mampu yang berisiko melahirkan anak stunting, namun berkat gencarnya edukasi dan pemberian makanan tambahan, ternyata anak yang dilahirkan tidak stunting,” katanya.
Ia menjelaskan mengalokasikan anggaran dari dana desa (DD) untuk pencegahan dan penanganan stunting, misalnya untuk rembuk stunting pada 2024 senilai Rp9,95 juta dan 2025 Rp7,8 juta, untuk rujukan bayi terindikasi stunting dari keluarga tidak mampu pada 2024 sebesar Rp7,2 juta dan 2025 senilai Rp6 juta.
Untuk tambahan makanan di posyandu pada 2024 senilai Rp23,76 juta dan 2025 senilai Rp29,7 juta, untuk pemberian makanan tambah (PMT) pada 2024 sebesar Rp29,14 juta dan 2025 sebesar Rp35 juta.
“Kemudian DD untuk penyuluhan pola asuh balita pada 2024 senilai Rp9,05 juta dan pola asuh anak jenjang SD serta SMP pada 2025 sebesar Rp17,35 juta. Untuk pelatihan mengolah makanan pendamping ASI pada 2024 Rp9,95 juta, untuk operasional pendampingan anak terindikasi stunting pada 2025 senilai Rp17,35 juta,” kata Kasmir. ADV/DPMDKukar/IL