Kutai Kartanegara, Solidaritas – Lahan pasca tambang seringkali diidentikkan dengan kerusakan lingkungan dan kehilangan fungsi ekosistem. Namun, di Desa Embalut, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, terdapat contoh nyata bahwa lahan pasca tambang dapat menjadi ladang harapan baru bagi masyarakat. Melalui upaya rehabilitasi dan pengelolaan yang tepat, lahan pascatambang di Desa Embalut berhasil disulap menjadi area pertanian yang produktif.
Proses transformasi lahan pascatambang menjadi lahan produktif ini tidaklah mudah. Masyarakat Desa Embalut harus bekerja keras untuk memperbaiki kondisi tanah, mengembangkan infrastruktur, dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia. Namun, hasil jerih payah mereka terbayar dengan meningkatnya produktivitas lahan dan perekonomian desa.
Kepala Desa Embalut, Yahya mengatakan Desa Embalut, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), mulai menorehkan kinerja baru dalam bidang pertanian. Dengan semangat inovasi dan kemandirian, pemerintah desa setempat berhasil memanfaatkan lahan bekas tambang seluas 40 hektare menjadi kawasan produktif untuk budidaya jagung.
Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa lahan pasca tambang tak selalu identik dengan kerusakan lingkungan. Justru, di tangan masyarakat Embalut, lahan tersebut disulap menjadi ladang harapan baru bagi petani dan perekonomian desa.
Ladang harapan baru ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Desa Embalut, tetapi juga membantu memulihkan fungsi ekosistem.
“Dengan adanya vegetasi yang tumbuh subur, lahan pasca tambang ini kini dapat menjadi habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna. Selain itu, lahan ini juga dapat membantu mengurangi erosi tanah dan meningkatkan kualitas air,” kata Yahya kepada media jumat (10/10/2025).
Keberhasilan Desa Embalut dalam mengelola lahan pascatambang lanjut Yahya menjadi ladang harapan baru ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain.
Dengan kerja sama dan komitmen yang kuat, lahan pascatambang dapat menjadi aset yang berharga bagi masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mempromosikan praktik pengelolaan lahan pascatambang yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Dengan keterbatasan sawah, kami memilih jagung sebagai komoditas unggulan untuk memaksimalkan potensi lahan yang ada,” jelasnya.
Program ini bahkan telah masuk dalam prioritas pembangunan desa tahun 2025. Pemerintah desa menyiapkan dukungan penuh bagi para petani, mulai dari penyediaan bibit, pupuk, hingga pendampingan teknis agar hasil panen dapat optimal.
Dengan pengelolaan yang baik dan dukungan berbagai pihak, Yahya meyakini lahan bekas tambang di Embalut akan menjadi aset produktif yang mampu memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
Dalam jangka panjang, keberhasilan Desa Embalut dalam mengelola lahan pascatambang dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian dan lingkungan.
“Harapanya masyarakat Desa Embalut dapat menikmati hasil dari jerih payah mereka dan menjadi contoh bagi masyarakat lain dalam mengelola lahan pascatambang secara berkelanjutan,” tegasnya. ADV/DPMD-Kukar/IL









