Kutai Kartanegara,Solidaritas – Dalam upaya menekan prevalensi stunting yang masih menjadi tantangan di berbagai wilayah pedesaan, Pemerintah Desa Bakungan, Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara (Kukar), menginisiasi strategi jemput bola untuk menjangkau balita yang selama ini luput dari pendataan posyandu.
Kepala Desa Bakungan, Arlusdiansyah, menyebut pendekatan ini penting agar seluruh anak yang berisiko mendapat perhatian dan intervensi sedini mungkin.
“Yang datang ke posyandu itu yang terdata, sementara yang tidak datang, sama sekali tidak terpantau. Ini sangat berisiko, terutama bagi anak-anak yang sebenarnya butuh intervensi,” ungkap Arlusdiansyah saat dikonfirmasi belum lama ini.
Melalui strategi ini, kader posyandu dan tenaga kesehatan desa diturunkan langsung ke rumah-rumah warga untuk mencatat data anak yang belum pernah mengakses layanan posyandu. Mereka juga melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, serta mencatat status gizi balita sebagai dasar tindakan lanjutan.
Langkah ini muncul dari keprihatinan atas keterbatasan fasilitas posyandu di wilayah mereka. Dari lima posyandu balita yang tersedia di Desa Bakungan, hanya dua yang memiliki bangunan tetap. Sisanya masih harus menumpang di fasilitas lain, yang berdampak pada rendahnya tingkat partisipasi warga dalam pelayanan kesehatan rutin.
Sementara itu, data Dinas Kesehatan Kukar per Maret 2025 menunjukkan angka prevalensi stunting di kabupaten tersebut mencapai 18,7 persen, atau setara dengan sekitar 12.000 balita yang mengalami gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis.
Desa Bakungan sendiri masih berada dalam kategori waspada, dengan beberapa kasus balita stunting tersebar di sejumlah RT.
Kebijakan jemput bola ini diharapkan dapat menjadi contoh praktik baik dalam memperluas jangkauan layanan dan memutus mata rantai stunting sejak dini, sekaligus memperkuat sistem pendataan kesehatan berbasis komunitas di tingkat desa. ADV/DPMDKukar/IN